Kehidupan yang semakin penuh tantangan akan dirasakan berat bagi orang-orang yang tidak siap
mengarunginya. Keterbatasan kapasitas keilmuan, miskinnya pengalaman, bahkan ketidakkuatan
mental akan membuat manusia merasa kerepotan, tidak punya jalan, kehabisan ide dan sulit
mendapatkan solusi dari masalah. Hal Ini menuntut kita sebagai manusia untuk bisa survive dan
bersaing dengan yang lain kalau tidak mau ter-eliminasi dari kerasnya kehidupan.
Untuk itu, sebagai manusia yang diberikan kelebihan oleh Allah SWT, kita tidak boleh merasa lemah,
dan janganlah mencari-cari banyak alasan, karena “tidaklah disebut juara, orang yang mencari banyak
alasan untuk berhenti menjadi juara”. kita bukan pemenang sejati ketika kita menghindari
tanggungjawab kalaupun secara lahiriah kita merasa aman berada dizona nyaman. Seorang pelajar
tidak dikatakan pemenang ketika izin mencari alasan untuk tidak mengikuti pelajaran padahal dia
nyaman berbaring dan berkumpul dengan kawan sepermainan, seorang suami tidak dikatakan
pemenang Ketika lari dari tanggungjawab dalam menafkahi anak istri sedangkan ia bersenang-senang
menggeluti hobi, seorang guru tidak dikatakan pemenang ketika seringnya tidak masuk kelas karena
berdalih banyak administrasi yang harus diurus untuk naik jabatan, seorang pemimpin tidak dikatakan
pemenang ketika rakyat membutuhkan keputusan dan keberpihakan sedangkan ia menyampaikan
sedang sibuk menjalin kerjasama untuk meningkatkan pendapatan. serta tidaklah dikatakan
pemenang, seorang da’i yang tidak menyampaikan kebenaran dengan alasan karena kurangnya ilmu
dan pengalaman serta sempitnya waktu dengan aktifias harian, padahal ia tidak mau menerima beban
perjuangan.
Seorang muslim sejati harus punya mental kuat, sebagaimana yang dikatakan Sayyid Qutub, mental
harus menjadi watak dan karakter umat Muslim, memiliki iman yang kuat, perjuangannya tak kenal
lelah, tahan terhadap ujian dan sabar yang membaja terhadap cobaan. Kemudian, disempurnakan
dengan penyerahan diri secara total kepada Allah SWT, merupakan jalan kemenangan yang luar biasa
yang telah diajarkan oleh Islam. Islam sudah mengingatkan agar ummat islam selalu memiliki kesiapan
mental sebagai penopang kehidupan, punya rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi jangan sampai memelihara sikap berputus asa atau mengeluh, sebagaimana yang tercantum dalam Surah ãli
Imrãn (3): 139:
وَلَا تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah (pula) kamu bersedih hati. Padahal, kamulah orangorang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman”.
pemenang sejati, tidak akan pernah puas dengan bekal kapasitas ilmu yang tinggi dan keterampilan
yang mumpuni, ia masih membutuhkan kekuatan yang lainnya, yakni:
Pertama, kekuatan cita-cita yang tinggi. Manusia tidak akan mampu mencapai kemenangan jika tidak
punya tujuan, karena tujuan adalah syarat untuk mencapai kemenangan. Bagaimana mungkin
seseorang yang tidak punya tujuan/cita-cita bisa meraih kemenangan, apa yang akan ia perjuangkan
sedangkan targetnya tidak ada. Ulama mengatakan, cita-cita seorang pemuda dapat merobohkan
benteng hambatan walaupun sebesar gunung.
Kedua, adalah Kekuatan Keyakinan. Dengan keyakinan yang kuat, seseorang yang memiliki cita-cita
akan fokus dan akan terus berjuang demi mewujudkan cita-citanya. Keyakinan bukan hanya kebulatan
tekad semata, tapi yakin akan janji kemenangan dan pertolongan dari Allah SWT. Sebagaimana dalam
Q.S Muhammad (47): 7, Allah SWT berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang Mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu.”
Ketiga, mempunyai Keberanian (Syaja`ah). Keberanian merupakan kunci kesuksesan, sepintar apapun
dan sehebat apapun ilmu seseorang, kalau tidak berani untuk diungkapkan dan diaktualisasikan jangan
harap ia akan memperoleh kemenangan.
Keempat, Kekuatan mental. Kekuatan mental sebagai pemenang akan dengan mudah mempercepat
menuju kepada keberhasilan. seorang pemenang sejati tidak akan mau berperan sebagai penonton.
Mengapa demikian? Karena hanya dengan menjadi pemain lah ia akan menjadi pemenang. Sehebat
apapun penonton ia tetap hanya sebagai penonton dan tidak akan mampu merubah keadaan. Allah
sudah memerintahkan kepada kita untuk dapat berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana yang
terdapat dalam Surah Al-Baqarah (3): 148:
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlombalombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan
kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Wallahu a`lam.
Oleh: Ahmad Apidin
Ketua bidang Dakwah dan Keumatan PD. IKADI Kab. Cianjur
(Mahasiswa S2 STAI Al-Azhary dan Mudirul Ma’had Darul Muttaqin Cianjur)